Pendapatan Nasional menjadi tolak ukur kemakmuran suatu Negara
Sejauh ini, alat pengukur yang sering digunakan untuk mengetahui secara kuantitatif, arah, intensitas, dan kecepatan keberhasilan dalam pembangunan ekonomi suatu negara adalah Produk Nasional Bruto ( Gross National Product ) atau yang sering dikenal sebagai Pendapatan Nasional. Sebenarnya, Pendapatan Nasional itu lebih ditujukan untuk mengukur kemakmuran material masyarakat secara kuantitatif.
Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, kemakmuran yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia, bukan hanya kemakmuran material saja, tetapi lebih pada kesejahteraan sosial yang lingkupnya lebih luas. Dalam pengertian kesejahteraan sosial ini, dikandung maksud untuk lebih melengkapi pengukuran keberhasilan pembangunan tersebut. Sebab Pendapatan Nasional tersebut ditujukan untuk mengukur keberhasilan usaha yang berupa kemampuan menghasilkan barang dan jasa, sedangkan kesejahteraan sektor tidak hanya cukup dipenuhi dengan tersedianya barang dan jasa.
Disamping barang dan jasa ekonomi, masyarakat juga memerlukan pendidikan yang memadai, kesehatan yang baik, hiburan yang cukup dan sebagainya. Untuk itulah dikenal alat pengukur lain yang dapat dipakai sebagai suplemen bagi Pendapatan Nasional yaitu Indeks Kualitas Hidup ( Physical Quality Life Index ).
Pendapatan Nasional memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu negara serta kestabilan perekonomian satu negara dan negara lainnya,karena pendapatan nasional merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan perekonomian suatu Negara.
Dengan pendapatan nasional, akan terlihat tingkat kemakmuran suatu Negara, semakin tinggi pendapatan nasional suatu Negara maka dapat dikatakan semakin tinggi juga tingkat kesejahteraan rakyatnya.
Namun, sesungguhnya pendapatan nasional suatu Negara tidak dapat sepenuhnya dijadikan sebagai indikator naiknya tingkat kesejahteraan rakyat di suatu Negara.Tujuan dari perhitungan pendapatan nasional ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat ekonomi yang telah dicapai dan nilai output yang diproduksi, komposisi pembelanjaan agregat, sumbangan dari berbagai sektor perekonomian, serta tingkat kemakmuran yang dicapai (Sukirno, 2008, p55).
Selain itu, data pendapatan nasional yang telah dicapai dapat digunakan untuk membuat prediksi tentang perekonomian negara tersebut pada masa yang akan datang. Prediksi ini dapat digunakan oleh pelaku bisnis untuk merencanakan kegiatan ekonominya di masa depan, juga untuk merumuskan perencanaan ekonomi untuk mewujudkan pembangunan negara di masa mendatang (Sukirno, 2008, p57).
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali, keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar